PROSEDUR & DOKUMEN EKSPOR

September 28, 2022rnb

PROSEDUR & DOKUMEN EKSPOR

Pengenalan

Kegiatan ekspor-impor adalah kegiatan perdagangan baik barang maupun jasa dari satu negara ke negara yang lain, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan atau jasa dari daerah pabean Indonesia ke daerah pabean negara lain. Yang  dimaksud dengan Daerah kepabeanan Indonesia adalah wilayah  RI yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat – tempat tertentu di zona Ekonomi Eksklusif  dan landasan kontinen  (UU nomer 17 tahun 2006 tentang perubahan atas UU nomer 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan) Kegiatan ekspor-impor akan terjadi jika masing-masing pihak yaitu pihak penjual / eksportir dan pembeli/importir  memenuhi  prosedur  dan persyaratan yang telah disepakati bersama,  baik  persyaratan wajib dari masing-masing negara maupun persyaratan sukarela /permintaan  pembeli, yang telah disepakati oleh  kedua belah pihak.   

Diskusi Pengetahuan Dasar Yang Perlu Diketahui Oleh Eksportir

Pertama  sebaiknya mengethaui  jaringan/para pelaku  dalam perdagangan internasional, yang dimaksud  dengan jaringan/para pelaku disini   adalah  seluruh  entitas Pemerintah  maupun   swasta  baik dia sebagai pelaku utama maupun pendukung dalam pelaksanaan ekspor, yang dimulai  dari produsen/ pemasok barang ekspor  sampai dengan  barang ekspor dapat disampaikan ke tangan pembeli/impoter.

Kedua eksportir wajib mengetahui   legalitas eskpor, ini tertuang dalam Permendag  No: 13/ M-DAG/ Per /3/2012  tentang  Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor (www.kemendag.go.id) , yang intinya  kelompok barang ekspor terbagi menjadi 3 yaitu: produk yang dibatasi, bebas dan dilarang  ekspornya, masing–masing kelompok  memiliki   persyaratan sendiri yang berbeda.

Ketiga eksportir mengurus Nomer Identitas Kepabeanan (NIK), prosedur pendaftaran  dapat dilakukan melalui on line  (www.beacukai.go.id). Karena ekspor wajib menggunakan NIK, ekspor tanpa NIK hanya dapat dilakukan sekali.

Keempat  eksportir mengetahui  persyaratan  di negara tujuan ekspor (NTE)untuk produk yang dijual, pada hakekatnya  persyaratan ada dua  katagori  : (1) tariff dan (2) nontarif. 

Dengan ditambah Tarif bea masuk di NTE, apakah produk yang kita jual harganya masih dapat bersaing di NTE. Selanjutnya dengan tarif eksportir dapat menginvestigasi apakah ada fasilitas atau preferensi yang diberikan oleh NTE dan jika ada  persyaratannya  dokumen apa  harus dsiapkan (misal CoO form A untuk tujuan pasar Negara donor, CoO Form E  untuk tujuan pasar Negara China dst)

Persyaratan non tarif , dipisahkan menjadi dua katagori yakni:

(a) Wajib dari Pemerintah NTE

Persyaratan wajib, eksportir wajib memenuhi, eksportir lebih dahulu mengaudit perusahaannya sendiri apakah sekiranya mampu memenuhi persyaratan yang diwajibkan tersebut, contoh untuk produk makanan olahan ke pasar Eropa mewajibkan pabrik mengaplikasikan proses proses produksi dengan sytem Hazard Analitical Critical Control Point (HACCP).

(b) Karena permintaan pembeli

Permintaan pembeli dituangkan didalam order sheet atau kontrak penjualan (sales contract) yang merupakan kesepakatan antara eksportir dan importir, contoh tentang mutu, warna, ukuran, desain dll. 

 

Diskusi Prosedur dan dokumen Ekspor 

Setelah eksportir mengetahui perihal tersebut  dapat memenuhi, selanjutnya bagaimana tahapan yang harus dilakukan oleh eksportir dalam rangka menjual barangnya ke luar negeri, berikut adalah tahapan/prosedur  serta dokumen yang harus disiapkan.     

  1. Promosi  produk  ekspor, hal ini dapat  dilakukan dengan berbagai cara seperti mengikuti pameran internasional, pameran didunia maya, dll. Dilanjutkan dengan menindak lanjuti hasil pameran tersebut  dengan korespondensi bisnis ekspor, yang pada akhirnya  dilakukan negosiasi dan hasil negosiasi akan dituangkan dalam order sheet atau sales contract.
  2. Jika pembayaran dengan Letter of Credit (L/C), Eksporter menunggu sampai  mendapat L/C advice dari  Bank Correspondensi (Bank penerus L/C dari  Bank pembuka L/C atau disebut Opening Bank). L/C  adalah  merupakan konfirmasi tentang kepastian  pembayaran ekspor, sebagai lembaga penjamin system pembayaran tersebut. 
  3. Eksportir membaca L/C dengan teliti dan benar, jika tidak memahami dapat berkonsultasi dengan Bank Correspondensi. Jika memungkinkan draft L/C sebelum diterbitkan oleh Opening Bank, dikirim ke eskportir lebih dahulu untuk dicek satu persatu kalimatnya apakah eksporter  bisa memenuhi.
  4. Eksportir mempersiapkan barang yang dipesan sesuai order sheet atau sales contract.
  5. Secara simultan dengan point 4 eksportir booking kapal ke Perusahaan Pelayaran, hal ini dapat dilakukan melalui perusahaan Freight Forwarding atau dapat dilakukan sendiri. Dalam pengurusan booking kapal eksportir membuat Shipping Instruction (SI) yang dikirim Perusahaan Pelayaran.
  6. Berdasarkan SI tersebut Perusahaan Pelayaran menerbitkan Delivery Order (DO). Didalam DO tercantum nomer, ukuran dan jumlah container yang digunakan, Jika container sudah datang eksportir akan melakukan stuffing barang ekspor tersebut kedalam container.
  7. Eksportir membayar pajak ekspor, jika barang ekspor terkena  pajak  dan Pungutan Negara Bukan Pajak ( PNBP )  ke Bank.   Setelah eksportir membayar   Bank akan menerbitkan Surat Setoran Pajak Cukai Pabean (SSPCP).
  8. Eksportir membuat Invoice dan Packing list.
  9. Secara simultan dengan point 7 dan 8, eksportir mengisi Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan dikirim ke Kantor Bea Cukai melalui on line.
  10. Berdasarkan point 7, 8 dan 9, Kantor Bea Cukai menerbitkan Nota Pelayan Ekspor (NPE).
  11. Berdasarkan NPE tersebut eksportir dapat memuat container barang ekspor diatas kapal, Perusahaan Pelayaran akan menerbitkan Bill Of Lading(B/L) yang diberikan kepada eksportir sebagai kwitansi tanda terima barang, juga sebagai surat kontrak angkutan dan juga sebagai dokumen kepemilkan barang ekspor.
  12. Jika importer/pembeli meminta untuk dilampirkan Certificate of Origin (CoO) atau Surat Keterangan Asal (SKA), maka eskportir wajib mengurus SKA. SKA dapat  diurus  di  Instansi Penerbit SKA a.l  Dinas Perdagangan.
  13. Eksportir  melengkapi semua dokumen yang diminta  didalam L/C ( Invoice, Packing List, foto copi  PEB dan NPE,  B/L , SKA  dll sesuai yang ada dalam L/C).
  14. Dengan membawa seluruh dokumen yang dipersyaratkan dalam L/C, eksporter ke Bank untuk mencairkan L/C atau dengan kata lain eksportir  menegosiasikan dokumen pelayaran.
  15. Jika seluruh dokumen telah di teliti oleh Bank dan sudah disetujui, maka eksportir akan menerima pembayaran. Dalam hal ini tergantung dari jenis L/C yang digunakan, jika at sight L/C eksporter akan langsung menerima pembayaran, Jika red close L/C misal: red close 30%, maka   eksportir akan menerima  uang muka  sebesar 30 % sisanya adalah at sight,   sedangkan jika Usance L/C misal: UsanceL/C 30 Hari, maka eksportir  30 hari kemudian baru mendapatkan pembayaran .

Kesimpulan

         Dalam pelaksanaan ekspor, eksportir  perlu mengetahui  para pelaku/jaringan dalam perdagangan internasional dan fungsi masing – masing pelaku, perlu mengetahui dan dapat  mengurus legalitas / persyaratan ekspor  yang terdapat dalam Permendag  No: 13/ M-DAG/ Per /3/2012  tentang  Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor (www.kemendag.go.id) mendaftarkan NIK ke  Kantor Bea Cukai,  perlu memenuhi persyaratan di NTE baik yang wajib di NTE  maupun permintaan dari pembeli. Didalam pelaksanaan transaksi ekspor, eksportir harus mengikuti langkah – langkah/tahapan  ekspor  serta menyiapkan dokumen yang terkait di dalam setiap tahapan.

rightnbig@gmail.com

rightnbig@gmail.com

Cara Memulai Bisnis

rnb

Cara Memulai Bisnis

Saat memutuskan untuk memulai bisnis atau menjadi entrepreneur, seseorang harus memiliki pondasi yang kuat dan melakukan berbagai langkah agar usaha yang dijalankan bisa bertahan dan bertumbuh. Pasalnya, tidak sedikit pelaku usaha berhenti di tengah jalan karena berbagai alasan. Untuk itu, berikut 10 langkah yang diperlukan untuk memulai usaha agar dapat sukses, seperti dikutip dari The Balance:


1. Lakukan riset. Kemungkinan besar seorang yang akan memulai usaha sudah mengidentifikasi bisnis apa yang akan dijalankan. Namun, sebelum ide tersebut diaplikasikan dalam sebuah usaha, lakukanriset kecil-kecilan mengenai seberapa besar bisnis tersebut akan berhasil. Beberapa hal ini penting untuk dijawab saat melakukan riset. Apakah produk atau layanan yang akan ditawarkan tersebut dibutuhkan oleh masyarakat? Siapa yang membutuhkannya? Bagaimana dengan kompetisinya, apakah ada
perusahaan lain yang menawarkan produk atau layanan serupa? Bagaimana agar bisnis yang dijalankan sesuai dengan permintaan pasar?

2. Buatlah perencanaan Sebelum mengaplikasikan ide bisnis tersebut menjadi kenyataan, lakukanlah perencanaan bisnis yang matang karena itu akan memandu Anda untuk menjalankan bisnis mulai dari tahap awal hingga pembentukan sampai rencana pengembangan. Jika ingin mencari dukungan pendanaan dari investor atau lembaga keuangan, rencana bisnis tersebut menjadi sebuah keharusan. Karena dari situlah mereka dapat memvalidasi ide Anda sekaligus melihat prospek usaha yang Anda
jalankan.

3. Rencanakan keuangan Untuk memulai bisnis kecil memang tidak dibutuhkan banyak uang. Namun, tentu saja tetap dibutuhkan investasi awal yang akan digunakan untuk menutupi pengeluaran sebelum menghasilkan keuntungan. Maka, penting untuk membuat perencanaan keuangan termasuk memperkirakan apa saja kebutuhan serta pengeluaran selama satu tahun ke depan, mulai dari biaya sewa, pemasaran, produksi, gaji karyawan, stok barang, dan lain sebagainya. Setelah memiliki perhitungan kasar, maka Anda bisa memikirkan sejumlah cara untuk mendanai bisnis kecil Anda, termasuk melalui pembiayaan, pinjaman usaha kecil atau Kredit Usaha Rakyat, hibah usaha kecil, angel investor, crowdfunding, termasuk dengan cara bootstrap, yaitu menggunakan modal sesedikit mungkin untuk memulai bisnis. Dengan mengetahui perhitungan tersebut, maka pelaku usaha bisa membuat rencana bisnis termasuk mengenai permodalan yang dibutuhkan untuk memulai usaha.

4. Tentukan struktur bisnis Bisnis kecil Anda dapat berupa kepemilikan perseorangan, kemitraan, perseroan terbatas (LLC), atau korporasi. Badan usaha yang Anda pilih akan memengaruhi banyak faktor mulai dari nama bisnis Anda, terhadap kewajiban Anda, hingga bagaimana Anda mengajukan pajak.

5. Pilih dan daftarkan brand bisnis Anda Nama usaha atau brand yang dipilih memiliki peranan yang penting dalam setiap aspek bisnis. Pastikan Anda memikirkan semua implikasi potensial ketika memilih nama usaha atau brand. Setelah itu, periksa merek dagangnya, dan Anda bisa juga untuk mendaftarkan nama usaha tersebut. Anda juga bisa segera membuat website agar usaha tersebut juga dikenal secara online. Segeralah beli nama domain untuk usaha yang ingin Anda kembangkan.

6. Dapatkan lisensi dan izin usaha Dokumen merupakan bagian dari proses ketika akan mulai menjalankan bisnis. Terdapat beberapa lisensi dan izin usaha kecil yang bisa Anda pilih yang disesuaikan dengan kondisi usaha yang dijalankan saat ini.

7. Pilih sistem akuntansi keuangan Usaha kecil berjalan paling efektif ketika memiliki sistem. Salah satu sistem terpenting untuk bisnis kecil adalah sistem akuntansi untuk membuat dan mengelola anggaran, menetapkan tarif dan harga, melakukan bisnis dengan orang lain, dan mengajukan pajak. Anda dapat mengatur sendiri sistem akuntansi atau menyewa seorang akuntan.

8. Siapkan lokasi bisnis Menyiapkan tempat bisnis sangat penting untuk mengoperasikan usaha yang dijalankan. Apakah Anda memiliki kantor pusat, ruang kantor bersama atau pribadi, atau lokasi ritel. Pilihlah lokasi usaha yang sesuai dengan bisnis yang dijalankan. Pikirkan juga apakah perlu untuk membeli atau menyewa tempat usaha.

9. Siapkan tim Anda Jika akan mempekerjakan karyawan, sekaranglah saatnya untuk memulai proses recruitment. Bagi pemilik usaha kecil baru, paling penting merekrut karyawan terutama di bagian administrasi yang akan mencatat berbagai hal yang ada di dalam bisnis Anda, baik dalam hal stok barang, keuangan, pemasaran, dan lainnya.

10. Promosikan bisnis kecil Anda Setelah bisnis berjalan dan Anda harus mulai menarik klien dan pelanggan, maka saatnya untuk membuat rencana pemasaran. Kemudian, jelajahi ide-ide pemasaran bisnis kecil sebanyak mungkin sehingga Anda dapat memutuskan bagaimana cara mempromosikan bisnis yang paling efektif. Ingatlah bahwa kesuksesan tidak terjadi dalam semalam. Lakukanlah rencana bisnis tersebut secara konsisten untuk meningkatkan peluang keberhasilan Anda.

Cara Merekrut Karyawan yang Berkualitas & Bermutu, HRD Harus Tahu!

rnb

Cara Merekrut Karyawan yang Berkualitas & Bermutu, HRD Harus Tahu!

Mencari dan menemukan calon karyawan yang tepat dan berkualitas adalah tugas dari departemen HRD dan kawan-kawan. Proses perekrutan adalah hal paling penting yang kelak akan menentukan kualitas sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan. Maka dari itu, HRD wajib mengetahui cara merekrut karyawan yang berkualitas dan memahami dengan benar kandidat seperti apa yang dibutuhkan.
Sebelum memanggil calon karyawan dalam proses interview dan menerimanya dalam perusahaan, tentu akan ada pertimbangan-pertimbangan dari berbagai sisi. Baik dari kecocokan, skill yang diperlukan, hingga pengalaman yang dimiliki. Yuk, cari tahu lebih lanjut tentang ciri-ciri karyawan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, serta bagaimana cara merekrut karyawan yang baik, jujur, efektif, dan berkualitas! Table of Contents.

Ciri-Ciri Karyawan yang Berkualitas
Arti berkualitas dalam proses rekrutmen tentunya berkaitan dengan seberapa dekatkah kandidat/pelamar dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan.

Karyawan yang berkualitas setidaknya akan memiliki beberapa hal berikut ini:

1. Menjunjung Tinggi Nilai Kesopanan, Kejujuran, dan Etika.

Ciri karyawan yang berkualitas adalah karyawan yang memiliki tindak tunduk dan budi pekerti yang baik. Nilai-nilai kesopanan, kejujuran, dan etika menjadi hal yang tidak bisa ditawar.
Karyawan yang sopan, ramah, dan memiliki etika, akan mudah diterima dan menjalin hubungan kerja yang baik dengan rekan kerja yang lain. Sedangkan nilai kejujuran akan sangat berpengaruh pada kepercayaan antara perusahaan dengan karyawannya. Apalagi di jaman sekarang ini rasanya lebih sulit mencari karyawan yang jujur dibandingkan karyawan yang kompeten.

2. Mampu Beradaptasi dan Bekerja Sama dengan Baik

Setiap karyawan tentu nantinya tidak hanya bekerja secara individu, tetapi juga secara kelompok atau tim. Penting bagi perusahaan untuk mencari karyawan yang mudah beradaptasi dan dapat diajak bekerja sama dengan baik.

3. Kreatif dan Penuh Ide Cemerlang

Adanya karyawan baru tentu diharapkan bisa memberikan ide fresh dan kreatif yang dapat menyempurnakan ide-ide sebelumnya. Kreativitas dan ide-ide cemerlang juga dapat berperan dalam penemuan solusi baru dan inovasi yang terus berkembang. Kemampuan daya cipta karyawan sangat dibutuhkan apalagi dalam bidang industri kreatif.

4. Memiliki Kemampuan Berkomunikasi yang Mumpuni

Dalam setiap pembahasan yang berkaitan dengan bisnis, komunikasi adalah poin yang tidak pernah ketinggalan. Kemampuan komunikasi yang baik dan mumpuni ini berkaitan dengan bagaimana cara karyawan mengekspresikan diri dan menjelaskan sesuatu secara efisien, bagaimana mereka bisa berkomunikasi dengan rekan kerja dan atasannya.
Kemampuan komunikasi yang baik akan menjauhkan kesalahpahaman dan rasa sungkan antar karyawan.

5. Kompeten dan Memiliki Skill di Bidang Pekerjaannya

Ciri karyawan yang berkualitas selanjutnya adalah kompeten dan memiliki skill di bidang pekerjaannya.
Sebelum merekrut karyawan baru, tentunya para HRD akan memeriksa terlebih dahulu track record pengalaman dan skill yang dimiliki.
Karyawan yang berkompeten dan memiliki keahlian di bidangnya akan membuat mereka lebih mudah dalam mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaanya.

7. Positive Vibes

Positive vibes ini berkaitan dengan semua aspek tentang diri dan aura yang dibawa seseorang. Karyawan yang memiliki positive vibes akan menyalurkan hal-hal positif kepada karyawan lainnya. Misalnya, optimistis, keceriaan, motivasi, dan jauh dari hal-hal yang berbau negatif.

Cara Merekrut Karyawan yang Tepat dan Berkualitas

Bagaimana sih cara merekrut karyawan yang berkualitas? Apa cukup hanya dilihat dan dinilai saat sesi interview saja? Berikut ini beberapa cara yang bisa dipraktikkan untuk mendapatkan karyawan yang tepat, jujur, dan berkualitas.

1. Buat Analisis Deskripsi Pekerjaan
Sebelum membuka lowongan pekerjaan, perusahaan dan departemen HRD perlu mengetahui dan membuat analisis tentang deskripsi pekerjaan untuk posisi yang dibutuhkan.
Misalnya, perusahaan membutuhkan karyawan baru untuk menempati posisi sebagai Course Manager.
Maka susunlah deskripsi pekerjaan dan skill apa saja yang dibutuhkan sebagai seorang Course Manager.

2. Pasang Iklan Lowongan Kerja di Media yang Berkualitas
Mencari dan menemukan calon karyawan yang tepat dan berkualitas juga dimulai dari memposting iklan loker di platform media atau website terpercaya.
Jangan asal mengunggah iklan di media yang tidak jelas juntrungannya. Seperti apa sih platform dan media yang tepat untuk memasang iklan? Tentnya adalah media yang berisi kandidat-kandidat kompeten dan bersungguh-sungguh dalam mencari pekerjaan. Kalian bisa mencoba untuk posting lowongan pekerjaan di LinkedIn, JobStreet, dll.

3. Seleksi CV
Cara merekrut karyawan yang efektif dan efisien adalah dengan menyeleksi atau screening Curriculum Vitae. Proses ini menjadi proses pertama untuk mengenal calon kandidat.
Pastikan kandidat yang akan dipilih lolos screening CV adalah mereka yang memiliki latar belakang pekerjaan, pengalaman, dan skill yang sesuai dengan posisi yang dibutuhkan.

4. Lakukan Serangkaian Tes dengan Lengkap
Setelah selesai menyeleksi CV dan memilih beberapa kandidat yang paling cocok, langkah selanjutnya adalah melakukan serangkaian tes.
Tes yang dilakukan bergantung pada kebijakan dan peraturan perusahaan. Biasanya tes-tes, seperti psikotes, tes bidang kerja, dan tes wawancara menjadi hal wajib yang diujikan sebelum menerima karyawan baru. Melakukan serangkaian tes bertujuan untuk dapat menilai lebih jauh lagi seputar kualitas kandidat atau pelamar.

5. Ajukan Pertanyaan yang Tepat ketika Sesi Interview

HRD atau divisi yang berwenang untuk melakukan interview biasanya akan menyiapkan beberapa pertanyaan sebelum sesi interview berlangsung.
Susunlah pertanyaan-pertanyaan interview yang tepat dengan mempertimbangkan job desc posisi yang dilamar. Misalnya, coba tanyakan seputar kelebihan dan kekurangan, apa saja yang diketahui tentang posisi pekerjaan yang dilamar, bagaimana cara menyelesaikan masalah dalam pekerjaan, dll. Proses interview juga bisa dijadikan sebagai cara merekrut karyawan yang jujur, karena di situ kalian akan melihat apakah jawaban yang dilontarkan kandidat adalah jawaban yang jujur atau sebaliknya.

6. Minta Referensi dari Pihak Terpercaya

Mau dapetin karyawan yang sudah pasti terjamin mutu dan kinerjanya? Cobalah untuk meminta referensi dari pihak terpercaya. Karyawan yang resign dengan cara baik-baik, tentu tidak akan segan memberikan nomor atasan atau rekan kerjanya.
Nah, ada baiknya sebelum meneken kontrak dengan karyawan baru, tanyakan dulu kinerja karyawan tersebut pada rekan kerja sebelumnya.

7. Kesampingkan Rasa Kasihan dan Pertemanan

Kasus-kasus perekrutan seperti ini biasanya tak jarang ditemukan. Rasa kasihan dan alasan pertemanan dijadikan tameng para perekrut untuk meloloskan kandidat/pelamar pekerjaan.
Padahal sudah semestinya hal tersebut dikesampingkan. Pasalnya, proses perekrutan ini akan berdampak besar bagi perusahaan ke depannya. So, carilah orang yang benar-benar cocok dan dibutuhkan.

How to Recruit a Seles Person

rnb

How to Recruit a Sales Person

Merekrut sales pertama Anda merupakan tantangan, terutama jika Anda tidak memiliki pengalaman sales. Haruskah Anda mempekerjakan seorang pemimpin yang berpengalaman? Bagaimana dengan seseorang dengan pengalaman industri tertentu? Bagaimana Anda menentukan apakah seorang salesperson akan berhasil di perusahaan Anda?
“Banyak sales hanya ingin mencapai target pendapatan mereka dan mereka terbiasa memiliki naskah dan proses,” kata Michelle Pietsch, Mitra Pendiri di Minot Light Consulting. “Tapi lebih banyak yang masuk ke target pendapatan di perusahaan tahap awal. Kebanyakan orang tidak ingin berurusan dengan semua gangguan.”
“Plus, ketika Anda mendapatkan kandidat sales di pintu, mereka mewawancarai dengan baik karena mereka dapat menjual diri mereka sendiri,” kata Channing Ferrer, CSO dari SEMrush. “Sangat mudah untuk membuat keputusan perekrutan yang cepat berdasarkan kepribadian, bukan apa yang dibutuhkan bisnis Anda.”

Untuk menghindari jebakan ini, pertimbangkan panduan berikut.

Jangan Menilai Terlalu Tinggi Pengalaman di Perusahaan Industri Terkemuka

‘Tapi mereka datang dari Salesforce!’Saya sering mendengarnya dari para pendiri yang telah melakukan perekrutan sales pertama yang tidak berhasil,” kata Michelle. Sangat mudah untuk terkesan dengan merek-merek terkemuka di industri. Dan mampu merekrut seseorang dari “Google Industri X” bisa terasa seperti kemenangan besar.
“Tetapi jika Anda mengambil sales dari sebuah perusahaan besar dengan ribuan karyawan dan memasukkan mereka ke dalam startup Tahap Awal, itu tidak akan berhasil,” kata Channing. “Dalam sebuah startup, Anda membutuhkan ketabahan, ketelitian, dan rasa memiliki yang kuat, karena ada begitu banyak hal yang harus diselesaikan.”
Dalam sales, itu termasuk: panggilan dingin, mencari prospek, melacak jangkauan, tetap teratur, dan banyak lagi. “Pada tahap ini, mereka perlu membuat buku pedoman sales,” kata Michelle. “Sebagian besar karyawan ini tidak mau melakukan pekerjaan itu karena mereka memiliki orang-orang di bawah mereka yang melakukan semuanya.”
Tetapi tergantung pada target pelanggan Anda, “Mereka mungkin juga harus dapat bernegosiasi dengan eksekutif senior untuk menutup kesepakatan,” tambah Channing. “Ini membuat sulit untuk menyewa tingkat pengalaman yang tepat.”
Jadi apa yang sebenarnya perlu Anda cari?

Identifikasi Kemampuan untuk Membangun Saluran sales

Pada hari-hari awal, Michelle melihat para pendiri sangat bergantung pada perkenalan pelanggan dari investor mereka. “Itu salah karena daftar itu akan mengering,” katanya.
“Apa yang berhasil sekarang belum tentu berhasil dalam enam hingga sembilan bulan,” tambahnya.
“Perusahaan dan proses Anda akan berubah. Jadi, lanjutkan, dan identifikasi berbagai cara untuk membangun jalur pipa yang menghasilkan pendapatan.”

Outbound

Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah melalui sales keluar. Di perusahaan yang lebih terkemuka, tenaga sales mungkin dapat menunggu peluang masuk yang didorong oleh tim pemasaran yang mapan, tetapi sebagian besar Anda memulai dari awal pada tahap awal.
“Anda membutuhkan seseorang dengan pengalaman mencari sumber sendiri,” kata Channing. Itu termasuk merasa nyaman dengan aspek operasional sales: menyiapkan urutan email, tetap teratur, dan melacak jangkauan Anda.

Ini juga melibatkan ketekunan. “Pembeli biasa biasanya tidak merespons hingga delapan hingga 10 sentuhan, jadi karyawan sales pertama harus merasa nyaman dengan itu,” kata Channing. “Kamu tidak bisa menghindar dari’ tidak.’”
“Banyak pendiri teknologi tidak mengerti apa yang diperlukan untuk melakukan outbound, dan mereka ingin segera melihat hasilnya,” kata Michelle. “Tetapi pendapatan dari outbound membutuhkan waktu, jadi carilah seseorang untuk memulainya lebih awal masuk.”
Meskipun outbound sangat penting pada tahap ini, Anda mungkin mendapatkan beberapa prospek masuk yang memerlukan tanggapan. Oleh karena itu, karyawan sales pertama harus memiliki pengalaman mengelola prospek masuk.
Beberapa orang mungkin mendaftar untuk uji coba, demo, atau whitepaper setiap bulan. “Ini adalah buku pedoman yang berbeda,” kata Michelle. Dan meskipun percakapan dengan prospek masuk biasanya lebih mudah, “Anda harus mengatur dan memenuhi SLA tertentu,” tambahnya. “Waktu penyelesaian Anda bisa di bawah 24, 12, atau satu jam. Bagaimana Anda menangani permintaan obrolan?”
“Perekrutan sales pertama Anda harus melakukan semua hal ini sambil mencari prospek baru secara bersamaan,” kata Michelle. “Mereka membutuhkan kemampuan untuk mengalihkan fokus. Ini adalah multitasking terbaik, yang sulit dilakukan!” sales Baru

Bersih
Peringatan lain yang ditunjukkan Channing adalah bahwa sales mungkin bekerja dengan baik di perusahaan yang sudah mapan, tetapi mereka mungkin terutama menjual ke akun pelanggan yang sudah ada. “Net new dan sales pelanggan adalah keahlian yang berbeda,” kata Channing.
“Seringkali lebih mudah untuk menjual kepada pelanggan yang sudah ada,” kata Michelle. “Tapi sejak awal, membuat sebanyak mungkin orang menggunakan alat Anda itu penting. Fokus pada logo dan pendapatan baru, lalu Anda dapat membangun sales berbasis akun.”

Contoh Pertanyaan Wawancara

Tolong tunjukkan kepada saya bagaimana Anda menghasilkan alur yang cukup.

Bagaimana Anda mendapatkan sebagian besar prospek Anda?

Seperti apa gerakan masuk Anda hari ini?

Saat Anda mencapai celah pipa, apa yang Anda lakukan?

Bagaimana Anda melihat saluran pipa Anda? Apakah Anda melihatnya setiap minggu atau setiap bulan?

Jika Anda tidak mendapatkan cukup prospek masuk, apa yang Anda lakukan?

Bagaimana Anda mengelola jangkauan sales?

Berapa persentase penawaran pelanggan baru bersih yang Anda jual?

Apa yang Harus Dicari
“Anda akan terkejut dengan banyaknya orang yang mengatakan,’ Oh, pemasaran kami buruk. Saya tidak mendapatkan cukup prospek, ‘” kata Michelle. Sebaliknya, kandidat yang kuat harus dapat berbicara dengan proses yang telah mereka gunakan, bagaimana mereka mengisi celah dalam alur mereka, dan berbicara tentang bagaimana mereka menangani jawaban “tidak”.
Idealnya, setidaknya 75% dari sales mereka berasal dari akun net-new. Minimal, 50% harus baru bersih.

Carilah Soft Skill yang dibutuhkan dalam Sebuah Startup
Mengidentifikasi mengapa seseorang ingin bekerja di startup tahap awal sangat penting. “Dan itu setelah Anda melukiskan gambaran yang sangat transparan tentang seperti apa jadinya,” kata Michelle. “Anda tidak memiliki proses; Anda tidak memiliki pemasar—Anda baru saja memulai.”
“Ini tidak mungkin untuk makan siang gratis atau ‘ide keren’ untuk bekerja di sebuah perusahaan rintisan, ” tambahnya. “Rencana komp Anda mungkin berubah tiga kali tahun ini. Anda mungkin tidak mendapatkannya sama sekali. Anda harus merasa nyaman dengan banyak hal yang tidak diketahui.”

Karena itu, Anda harus menguji kemampuan kandidat untuk melakukan sesuatu tanpa proses atau bimbingan apa pun. Biasanya, itu membutuhkan karakteristik berikut.

Scrappiness
Salah satu kualitas startup yang paling penting untuk dicari adalah scrappiness-ketika orang mengambil inisiatif untuk mencari tahu secara mandiri. Mereka memecahkan masalah mereka tanpa meminta orang lain untuk ikut campur.
“Ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan Anda, bagaimana Anda menanganinya?” tanya Michelle. “Anda mungkin tidak memiliki wakil Presiden dengan pengalaman puluhan tahun untuk ditanyakan—Anda bekerja dengan seseorang yang belum pernah melakukannya sebelumnya.”
Untuk menentukan ini, temukan skenario ketika mereka harus memikirkan sesuatu secara mandiri. Tanyakan kepada mereka tentang situasi kehidupan yang berbeda, baik pribadi maupun profesional. “Anda ingin mencari rasa memiliki,” kata Channing. “Jika mereka berkata,’ Saya menyelesaikannya dengan meminta orang X melakukan hal Y, ‘itu adalah tanda bahaya.” Kemampuan beradaptasi “Kemampuan untuk berpikir dan menyesuaikan diri selalu penting bagi tenaga sales, terlebih lagi saat memulai,” kata Channing.
Mungkin pemangku kepentingan yang tidak dikenal bergabung dengan demo sales Anda, atau Anda sedang berbicara, dan topiknya berubah. “Anda harus bisa beradaptasi.”

Kolaborasi
“Anggota tim awal harus membantu orang lain menang untuk membuat perusahaan sukses dalam jangka panjang,” kata Michelle. “Berkolaborasi dan menjadi bagian dari tim membantu organisasi mencapai level selanjutnya.”
Cobalah untuk memahami bagaimana kandidat berkolaborasi dengan orang lain dalam organisasi. Apakah mereka saling bertukar pikiran satu sama lain? Apakah mereka berbagi taktik yang berhasil?

Motivasi
Kualitas berikutnya yang dicari Channing adalah motivasi bawaan. “Tenaga sales yang sukses selalu menemukan cara untuk menyelesaikan sesuatu,” kata Channing. Mereka perlu menunjukkan keinginan untuk berhasil dan kemauan untuk berusaha ekstra.
“Banyak dari ini adalah bawaan, tetapi Anda harus memahami apa yang memotivasi mereka.”Ini bisa kembali ke masa-masa awal kehidupan, dan mereka bisa mengambil contoh masa lalu dari pekerjaan, sekolah, ekstrakurikuler, atau hobi-apa pun yang menyampaikan motivasi bawaan.

Contoh Pertanyaan Wawancara
Setelah semua pertanyaan ini, gali lebih dalam. Apa yang terjadi? Mengapa mereka bereaksi seperti itu?
Sekali lagi, mintalah banyak contoh, dan cari pendekatan yang konsisten.
Ceritakan tentang saat Anda melakukan sesuatu untuk pertama kalinya. Bagaimana Anda melakukannya?
Beri saya contoh masalah yang muncul saat Anda mengejar kesepakatan. Bagaimana itu bisa diselesaikan?
Ajak saya melewati saat-saat ketika Anda terjebak dan tidak memiliki siapa pun untuk dituju. Apa yang terjadi? Bagaimana kamu terjebak?
Berjalan saya melalui waktu Anda memiliki tantangan dalam siklus sales Anda atau dengan prospek.
Bagaimana Anda menanganinya?
Ceritakan tentang saat ketika Anda mengalami situasi dengan rencana permainan, tetapi di tengah jalan, Anda harus berpikir dan menyesuaikan diri dengan cepat.
Ceritakan tentang saat Anda tidak berhasil. Apa yang terjadi, dan bagaimana Anda menyelesaikannya?
Bagaimana Anda belajar dari rekan-rekan Anda?
Seberapa sering Anda berkolaborasi dengan teman sebaya? Apa jalan Anda untuk itu?

Ceritakan tentang sesuatu yang ingin Anda lakukan dengan baik. Bagaimana Anda memastikan bahwa
Anda melakukannya dengan baik?
Kapan Anda menabrak tembok, dan bagaimana Anda keluar dari situasi itu?
Dapatkah Anda membagikan contoh saat Anda mengidentifikasi masalah dan menerapkan solusi?
Bimbing saya melalui tantangan terbesar Anda dalam peran Anda hari ini.

Apa yang Harus Dicari
“Ketika ditanya tentang tantangan terbesar mereka, Anda akan terkejut melihat betapa terbukanya orang,” kata Michelle. “Di sinilah Anda dapat melihat apakah mereka siap untuk memulai.”
Jawaban “Bendera Merah” yang Umum:
Kurangnya proses: “Saya harus mengirimkan proposal kepada lima orang. Butuh waktu terlalu lama, dan tidak ada proses untuk itu.”
Perubahan: “Ini membuat frustrasi karena rencana perusahaan saya berubah dua kali tahun ini. Dan saya tidak memiliki tujuan yang didorong oleh metrik.”
Kurangnya dukungan: “Saya tidak mendapatkan pelatihan apa pun. Kami tidak melakukan permainan peran apa pun.”
Kurangnya alat: “Kami tidak memiliki alat X.”
Pada startup tahap awal, Anda tidak akan memiliki hal-hal ini. “Jika tantangannya adalah keluhan, dan mereka belum melakukan apa pun untuk melewatinya, itu adalah tanda bahaya,” kata Michelle.

Demo Location
Social Links
Address

Jl. Taman Pluit Kencana Selatan No. 28F Jakarta Utara

Phone: +62-855 8500 920

Email: rightnbig@gmail.com

©️Copyrights RnB Coaching & Consulting 2024